Sunday, October 23, 2011

Mencari libxvid yang hilang.

 


Semenjak punya DVD Player yang dapat memutar file yang disimpan di Flashdisk sekarang jadi sering melakukan konversi file2 film supaya kompatibel dengan player. Di komputer kami ada banyak film dengan berbagai format dan apabila menemukan tema yang cocok buat si kecil maka saya usahakan untuk melakukan konversi ke format yang sesuai dengan player. Salah satu format yang sesuai adalah MP4/AVI versi xvid yang merupakan versi gratis dari DivX. Sebenarnya format MPEG juga kompatibel hanya sepertinya kompresinya tidak sebagus AVI sehingga file akhirnya berukuran besar. Format MPEG biasanya dipakai oleh VCD yang ekstensinya diubah menjadi .DAT.

Selama ini menggunakan Ubuntu 10.04 tidak ada hambatan yang berarti karena versi 10.04 ini sudah lebih dari 1 tahun saya gunakan sehingga sudah melalui banyak proses upgrade dan tweaking untuk menyesuaikan dengan kebutuhan. Beberapa hari terakhir saya memutuskan untuk menggunakan versi terbaru dari Ubuntu yaitu 11.10 dan ternyata proses konversi menghalangi hambatan karena library 'libxvid' tidak ditemukan. Mulailah saya mencari beberapa paket sampai memasang repository dari Medibuntu.org termasuk memasang w32codec (yang berisi codec yang umum terpasang pada Windows) dan library 'libxvid' tersebut tidak juga terpasang. Ternyata instalasi default Ubuntu memasang paket libavcodec53 yang tidak menyertakan encoder libxvid dan harus diganti dengan libavcodec-extra-53. Penggantian ini juga secara otomatis mengganti libavutil51 dengan libavutil-extra-51 yang sepertinya setelah memasang ppa kepunyaan Medibuntu, paket libavutil-extra-51 diambilkan dari repository Medibuntu.

Akhirnya proses konversi dapat dilanjutkan, ada banyak file yang bisa dikonversi termasuk .FLV yang biasa didapatkan dari internet seperti YouTube dll. Mengingat saat ini tayangan televisi tidak banyak yang memberikan pilihan untuk anak kecil dan saya tidak ingin anak saya belajar menampar dari sinetron picisan. Dalam hal musik juga saat ini bertebaran konten2 tidak mendidik seperti perselingkuhan, pergaulan bebas, tema putus asa yang apabila dikemas dalam bentuk musik akan mudah terekam dalam ingatan anak2. Maka kami sempatkan untuk melakukan seleksi konten dari internet untuk dapat ditampilkan di player. Kami lebih memilih untuk menyajikan cara menggebuk drum ala Traditional Japanese drummer yang penuh semangat dan tenaga daripada menyajikan drummer band2 kita yang menurut saya lembek. Itu salah satu contoh materi yang menjadi pilihan kami.

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home