Sunday, November 6, 2011

Desktop yang Modern

Simple bespin + nmfnms icons + Aya theme = Alien desktop with simple menu. KDE never dies....
Desktop ini sepertinya biasa2 saja tidak ada bedanya dengan yang dulu2. Secara penampilan tidak banyak berubah, karena perubahannya datang setelah adanya sedikit tambahan fitur baru dan ide yang datang mendadak. Setelah upgrade dan kini menggunakan KDE 4.4 SC (Software Compilation) ada beberapa tambahan fitur yang dapat digunakan untuk melengkapi fungsionalitas. Dengan menggunakan desktop environment yang dapat dengan mudah ditata ulang, dibongkar pasang seperti ini dapat menjadi sarana berlatih membuat desktop yang indah, elegan, sederhana tetapi intuitif dan fungsional. Hal semacam ini yang belum pernah didapatkan bila menggunakan OS komersil.

KDE pada dasarnya sudah sangat fungsional tetapi touch and feelnya masih dasar sekali yang bagi beberapa orang mungkin sudah cukup. Untuk penggunaan desktop atau notebook berlayar besar mungkin tidak masalah, tetapi bagi notebook berlayar kecil tetapi lebar menyamping yang umumnya diistilahkan sebagai netbook, konfigurasi dasar dirasa banyak menghabiskan space vertikal untuk bekerja. Jadi penataan ulang ini pada umumnya bertujuan meringkas aksesori yang disusun vertikal dan apabila mungin ditata menjadi horizontal.



Desktop Unity dari Ubuntu 11.10, setelah satu tahun akhirnya ada desktop yang memiliki filosofi seperti yang saya gunakan.
Desktop Unity ini menekankan pada fokus terhadap apa yang sedang dikerjakan. Komponen2 yang tidak sedang digunakan akan disembunyikan. Launcher di sebelah kiri menyerupai shortcut pada Mac OS dan Avant Window Navigator hanya sayangnya tidak dapat dipindah posisinya. Desain dari Unity ini sepertinya memang meniru Mac OS yaitu dengan memindahkan window buttons ke sebelah kiri dan semakin menyempurnakan global menu. Global menu adalah penempatan menu pada panel, jadi menu tidak ditempatkan di masing2 window. Menurut saya ini sangat menghemat tempat walaupun akan membingungkan bagi yang baru menggunakan dan pada Unity dari Ubuntu ini masih kurang konsisten.


Desktop KDE konfigurasi dasar
Pada konfigurasi dasar, space kerja akan terkurangi oleh taskbar (paling bawah), status bar (di bagian bawah setiap window), icon bar (jajaran icon di setiap window), menu bar, dan title bar. Dari beberapa kali bongkar pasang, yang bisa dibuat ringkas pertama adalah title bar. Pada KDE 4.4 memiliki window decorator bernama bespin yang salah satu fiturnya adalah menempatkan title bar di sebelah kiri. Sebagai gantinya taskbar yang semula di bawah dipindahkan ke atas. Mulai KDE 4.3 ada plasma widget bernama Current Application yang memang diciptakan untuk netbook. Widget ini berisi informasi window yang sedang aktif (icon dan title) dengan tombol restore/maximize dan close untuk mengubah dan menutup window yang sedang aktif. Dengan meletakkan di taskbar sebelah paling kanan maka seolah-olah title bar menjadi satu dengan taskbar. Title bar yang sebenarnya berada di sebelah kiri dan masih lengkap dengan tombol minimize, maximize/restore dan close. Title bar ini masih diperlukan sebagai dekorasi apabila window dalam keadaan tidak maximized. Adanya tombol restore/maximize dan close pada title bar seperti redundant terhadap widget Current Application, sehingga lebih baik dihilangkan sehingga hanya tinggal tombol minimize saja. Untuk icon bar sementara dibiarkan pada tempatnya, tetapi pada beberapa aplikasi seperti Openoffice, icon dapat dipindah ke tepi agar ada tambahan space vertikal untuk penyusunan dokumen.




Taskbar pada layar netbook yang kecil akan terasa penuh apabila menggunakan task manager normal (task manager dengan tampilan ikon dan sebagian title) pada taskbar dan kita sedang membuka beberapa window saat bekerja. Di sini widget task manager standard diganti dengan smooth task yaitu task manager yang hanya menampilkan icon saja. Title dan preview window akan ditampilkan apabila icon pada task bar ditunjuk dengan mouse. Dengan menggunakan smooth task space taskbar dapat lebih dihemat.



Untuk Gnome. Pada tampilan Gnome classic masih banyak memakan tempat dan cenderung mengalihkan perhatian dari hal yang sedang dikerjakan. Seperti yang terlihat di gambar bawah, terdapat dua panel di atas yang berisi menu dan bawah berisi program yang sedang berjalan (seperti pada windows).
Tampilan Gnome klasik pada Ubuntu Intrepid


All in One Panel
Kicker menu (Start menu pada Windows) di sebelah kiri dibuat sesederhana mungkin dengan hanya berisi menu favorite dan Run Command... Artinya hanya program yang sering diakses yang menunya dipajang. 


All in One Panel versi Unity
Clutter bar versi berikutnya, menggabungkan central menu (windows) dan global menu (Mac) tanpa window buttons. Taskbar digantikan oleh button kecil di depan global menu yang berisi program2 yang sedang berjalan.
Menu utama tidak diwakili oleh logo tidak jelas dan tidak disertai tulisan ambigu seperti Start yang juga berisi Shutdown. Yang penting adalah aksinya tidak peduli merknya apa. Yang penting adalah "apa yang kita ingin lakukan" dan isi menunya juga mencerminkan aksi kita :


seperti browsing internet, mengetik dokumen, mainkan musik dll. Hanya saja ini masih dilakukan secara manual. Ada puluhan aplikasi terinstal tetapi yang kita butuhkan hanya 20an saja. Menu khusus yang berkaitan dengan sistem, seting atau running program dipisahkan bahkan yang berpotensi membingungkan disembunyikan agar tidak menjadi bahaya di tangan para awam.


Ketika suatu window dalam kondisi maximized dan berada paling depan maka kita bisa mengakses menu pada panel dengan fasilitas global menu. Termasuk juga window button untuk menutup, minimize dan maximize/unmaximize. Pada panel juga ditampilkan shortcut untuk system seperti mengubah setting display, printer kemudian untuk melakukan shutdown, restart atau suspend. User shortcut juga disediakan untuk mempercepat log-out atau swith user. Bahkan pada Unity, shortcut volume juga terintegrasi dengan media player Banshee yang praktis walaupun seharusnya bisa dicustomize agar bisa dihubungkan dengam media player lainnya.


Untuk menghindari desktop yang terlalu penuh dengan icon (bahkan dokumen juga banyak yang meletakkan pada desktop) sekalian tidak ada ikon sama sekali kecuali tempat sampah. Percaya atau tidak, dengan alasan kepraktisan mengakses file yang diletakkan pada desktop, setelah file dokumen itu selesai kita tidak akan memperhatikan lagi. Hal tersebut dikarenakan desktop selalu tertutup oleh window yang sedang aktif.


Desktop yang tidak berisi icon apa pun supaya tidak memancing icon2 lain yang bikin penuh
Desktop Unity tetap bersih tanpa shortcut atau document dan dengan sedikit pembiasaan diri tetap praktis. Di sini yang perlu ditampilkan hanya jadwal yang akan sering kita perbaharui.
Kicker menu juga tidak perlu berisi keseluruhan program karena tidak semua program akan sering kita gunakan. Menu yang lengkap berisi semua program menyebabkan perjalanan mouse semakin panjang. Disini hanya ada menu favorite berisi 18 program saja. Seperti program Adobe Reader, tidak perlu dipajang di menu karena kita sangat jarang membuka Adobe Reader kosong lalu membuka dokumen .pdf. Yang sering adalah membuka file explorer, mencari dokumen pdf dan membukanya menggunakan Adobe Reader. Seandainya kita ingin menggunakan program untuk memformat disk/usb maka dapat digunakan Run Command... Pada KDE 4.4 Run Command sudah terintegrasi dengan Nepomuk semantic desktop. Artinya apabila kita masukkan kata kunci Disk maka Run Command akan mencari program yang mengandung kata Disk bahkan akan menawarkan dokumen yang berkaitan dengan disk. Kita bisa menggunaka USB Startup Creator untuk memformat USB.
Kicker menu juga tidak perlu berisi shortcut untuk melakukan shutdown dan lock screen. Fasilitas tersebut bisa ditambahkan langsung ke dalam taskbar agar lebih praktis. Bagi saya sendiri penempatan Shutdown dan Lock pada desktop context menu (klik kanan pada desktop) tidak perlu cuma belum bisa cara menghilangkannya.


File manager pada KDE
File manager yang baru pada Ubuntu.
Efek desktop Scale memudahkan untuk switching antar window tanpa terlalu menarik perhatian seperti taskbar, dock atau launcher.




Seandainya harus membuka file manager pun maka pengguna tidak perlu harus berhadapan dengan yang namanya folder tree. Menurut saya folder tree ini cocok untuk system administrator tapi tidak perlu bagi pengguna casual harian. Folder tree ditawarkan untuk pencarian mendalam sebuah folder. Pengguna umumnya hanya perlu membuka folder2 yang sehari2 dipakai bekerja seperti Home, Documents, Music, Pictures, Trash dll. Apabila perlu ditambahkan shortcut untuk Lectures, Papers dll sesuai kebutuhan yang mestinya tidak sampai 20 folder. Root folder juga tidak perlu ditampilkan karena isinya terlihat sangat misterius dan ini bisa membuat pengguna awam khawatir akan merusaknya.

Dan terakhir yang mungkin tidak dijumpai pada Windows adalah multiple desktop, yaitu kita dapat mempunya beberapa area kerja sehingga window yang sedemikian banyak tidak saling tumpang tindih.

Saya pikir konsep di atas dapat diterapkan pada semua jenis desktop tidak hanya terbatas pada KDE dan Gnome saja.

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home