Tuesday, November 15, 2011

Mengoptimalkan Pengalaman Menggunakan Ubuntu Linux


Sebenarnya isinya adalah tambahan yang dilakukan pada PinguyOS sehingga Ubuntu standar menjadi lengkap dan semakin nyaman digunakan tanpa harus menjadi terlalu minimalis.

Untuk tingkatan sistem bertujuan mempersingkat waktu booting dan response terhadap perintah:

1. Ada beberapa pilihan untuk mempersingkat waktu booting, yang saya pilih adalah dengan menggunakan program e4rat http://e4rat.sourceforge.net/ prosesnya sedikit rumit tapi hasilnya lebih terasa dibanding menggunakan ureadahead yang merupakan program bawaan Ubuntu. E4rat ini akan melakukan realokasi file2 yang diakses dalam 2 menit pertama setelah kita menyalakan komputer ke tepi disk sehingga cepat dibaca. Hanya saja pada sistem saya program e4rat tidak berjalan mulus terutama pada saat shutdown karena proses shutdown terhenti tengah jalan dan menyebabkan kernel panik. Tetapi selama pengoperasian tidak ada masalah. E4rat ini hanya bagi yang menggunakan filesystem ext4 pada harddisk bukan SSD.

2. Untuk mempercepat running aplikasi yang sering dijalankan saya menambahkan program preload dan prelink yang tersedia dari repository Ubuntu. Preload akan melakukan analisis program2 yang sering dijalankan beserta file2 library yang diperlukan dan akan meload library tersebut lebih dahulu. Pada saat kita akan menjalankan program favorit maka waktu loadingnya akan menjadi lebih singkat. Program Prelink akan memetakan program aplikasi dengan library2-nya sehingga sistem
lebih cepat menemukan library2 yang diperlukan pada saat menjalankan suatu program.

3. Untuk pengguna kernel 2.6.37.1 ke atas dapat menggunakan script zram dari ppa:shnatsel/zram dengan menginstall zramswap-enabler. Script di sini sepertinya untuk mengaktifkan program zram yang sudah terintegrasi dalam kernel. Program zram ini akan membuat sebuah swap disk terkompresi di memory dan program2 yang intensif menggunakan swap akan semakin cepat. Dikatakan oleh pembuatnya bahwa zram tidak aktif secara otomatis karena pengguna SSD dan komputer bermemory besar tidak banyak merasakan manfaatnya.
Kadang zram tidak otomatis aktif pada saat reboot, saya belum tahu sebabnya apa tetapi dapat ditambahkan perintah pada file /etc/init.d/rc.local:
service zramswap start

4. Berikutnya adalah tidak dengan mengandalkan program, tetapi melakukan seting parameter kernel berkaitan dengan penggunaan swap space.
Pada file /etc/sysctl.conf kita tambahkan baris2 berikut:

vm.swappiness=100
vm.vfs_cache_pressure=50

nilai default vm.swappiness Ubuntu adalah 60, dengan mengubah menjadi 100 maka komputer akan sering menukar memory ke swap space. Banyak yang menyarankan menggunakan nilai 10 tetapi itu saya rasakan komputer menjadi lebih tenang tetapi pada suatu waktu tertentu aktivitas disk menulis swap space akan melonjak drastis dan komputer tidak dapat digunakan untuk jangka waktu agak lama. Dengan nilai besar kecepatan komputer menjadi terasa stabil.
5. Program berikut tidak melakukan optimasi pada kecepatan tetapi pada penggunaan energi. Program granola http://grano.la/ akan berjalan di latar belakang dan memantau penggunaan CPU. Apabila penggunaan CPU tidak terlalu tinggi maka program akan menurunkan kecepatan CPU sehingga konsumsi daya menjadi berkurang dan CPU menjadi dingin. Kita juga bisa melakukan setting kecepatan CPU setengahnya secara permanen dengan konsekuensi kecepatan komputer menurun. Granola mensyaratkan dual core CPU, dan pada saat awal2 menemukan program ini BIOS komputer saya ternyata tidak begitu baik sehingga CPU Atom saya hanya dikenali sebagai single core. Masalah terselesaikan setelah saya mengupgrade kernel menjadi 2.35 yang sebelumnya 2.32. Samapai kernel 3.1 yang saya gunakan sekarang tidak ada masalah.

Agar pengalaman grafis menjadi cepat, sebenarnya pengguna dapat menggunakan Desktop Environment minimalist seperti FVWM, 9WM dll. atau XFCE yang lebih kompleks. Pada Ubuntu 11.10, tidak lagi tersedia Gnome versi 2 dan pengguna hanya mempunyai pilihan menggunakan Gnome shell dari Gnome3 yang berbasis library Mutter, atau Unity yang berbasis Compiz. Keduanya mensyaratkan adanya akselerator 3D dan apabila komputer tidak memiliki akselerator 3D maka pilihan menjadi hanya Unity 2D dengan kemampuan compositing tampilan minimal. Saya memilih menggunakan Gnome-shell dari Gnome3 karena kebetulan akselerator 3D saya didukung. Saya menggunakan intel atom dengan akselerator 3D terintegrasi, tidak terlalu hebat tetapi lumayanlah.

Untuk penataan menu dan tampilan saya berkiblat pada Mac OS. Boleh dikatan Mac OS adalah desktop impian sayang harganya sangat mahal karena terbundel dengan hardware high-end dan software2 komersil seperti MSOffice dan Photoshop yang aslinya berharga mahal. Komponen2 yang bisa ditiru sejauh ini adalah:
- Window button terletak di sebelah kiri.
- Konsekuensi dari window button sebelah kiri adalah Menu menjadi mengganggu karena bisa salah mengklik. Konsep Mac OS adalah desktop bebasis dokumen dengan menggunakan Globalmenu. Global menu pada gnomeshell Ubuntu sudah bisa ditiru dengan keterbatasan. Referensi dapat dibaca di http://www.webupd8.org/2011/09/get-global-menu-in-gnome-shell.html. Global menu hanya berlaku bagi program native GTK dan tidak bekerja pada program seperti Office dan Firefox. Globalmenu pada Unity sudah bekerja dengan lebih baik untuk banyak aplikasi. Berbeda dengan global menu horizontal pada Mac OS atau Unity, pada Gnomeshell globalmenu tersusun secara vertikal.
- Perbedaan Gnome3 dari Gnome2 salah satunya pada program Nautilus yang merupakan file manager. Nautilus 3 lebih ringkas dari nautilus 2 dan apabila pengguna masih belum puas dapat menggunakan nautilus elementary (pada 11.10 berubah menjadi marlin) yang juga ringkas dengan layout toolbar lebih lengkap.
- penggunaan dock, yaitu program untuk melakukan launching aplikasi favorit berupa deretan icon. Dock juga berfungi sebagai taskbar yang menampilkan icon2 dari program yang sedang berjalan. Pada Ubuntu ada banyak pilihan dan saya menggunakan avant-window-navigator dari repository.

Beberapa tambahan yang cukup memberikan kenyamanan seperti program redshift yang akan mengubah tone tampilan sesuai dengan waktu lokal. Pada malam hari pada saat pencahayaan tidak terlalu terang layar akan berubah menjadi tone warna hangat (kemerahan) sehingga mata tidak cepat lelah. Pada siang hari tone akan berubah menjadi putih (tone suhu tinggi) agar layar menjadi kontras di antara pencahayaan cukup tinggi.

Tidak ada setting komputer yang sempurna tetapi proses menuju ke sana menggunakan sistem operasi Linux terutama Ubuntu menjadi menyenangkan.

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home