Monday, July 16, 2012

Review keyboard MessagEase

Muncul sekitar tahun 1878, sampai sekarang masih
digunakan.
Menggunakan android mungkin baru beberapa bulan tapi menggunakan keyboard touchscreen sudah hampir setahun. Hampir semua keyboard didasarkan pada jenis qwerty yang usianya sudah lebih dari seratus tahun http://en.wikipedia.org/wiki/QWERTY. Karena sangat terkenalnya keyboard ini saya yakin sudah tidak ada yang mengenal keyboard dvorak http://en.wikipedia.org/wiki/Dvorak_Simplified_Keyboard. Setahu saya pada awalnya, sistem qwerty ini dikembangkan untuk mengurangi keausan dan macet pada bagian dari mesin ketik yang berkaitan dengan huruf2 yang sering digunakan seperti a,e,h,i,n,o,r,s dan t . Huruf a dan e yang sering digunakan diletakkan agak jauh dengan demikian akan diakses oleh jari2 yang tidak terlalu kuat seperti kelingking dan jari manis. Sistem qwerty juga ditujukan untuk cara mengetik yang dinamakan sebagai touchtyping, yaitu mengetik tanpa perlu melihat keyboard. Patokannya adalah tonjolan kecil pada huruf f dan j yang dapat diraba oleh jari tengah sehingga kita bisa tahu di mana jari2 lain harus mendarat tanpa perlu melihat keyboard. Paradigma itu mungkin masih berlaku pada keyboard pc atau laptop yang kita masih menggunakan 2 tangan dan lebih dari 2 jari seperti mesin ketik jaman dahulu. Di era smartphone, qwerty ini masih diwariskan walaupun akhirnya ukurannya diperkecil. Masih ada pilihan mengetik menggunakan 2 tangan walaupun terbatas menggunakan jempol saja. Qwerty pada smartphone menurut saya memanfaatkan kefamiliaran dengan sistem yang ada.

Di era touchscreen, tonjolan penanda itu sudah tidak ada. Kita sudah tidak lagi dapat membedakan tombol yang satu dengan yang lain melalui sentuhan. Semua murni visual, semua huruf harus dilihat sebelum dipencet. Dengan touchscreen pilihan input tidak lagi hanya dengan menekan, tetapi juga swiping, pinching dll. Inovasi yang baru dengan menggabungkan qwerty dan swiping ditambah algoritma prediksi menjadikan texting menjadi revolusioner. Tetapi teknologi tidak berhenti sampai di situ saja, sistem qwerty memiliki tombol yang terlalu banyak untuk dimuat dalam layar yang kecil. Saya berbicara tentang phone dalam genggaman bukan tablet. Tombol yang kecil tentu huruf2nya juga kecil dan seringkali huruf2 ini tertutupi oleh jari kita sendiri. Saya sering bermasalah dalam menekan tombol p dan q yang letaknya paling ujung tepi. Keyboard qwerty lain juga memiliki masalah yang sama.

Contoh ekstrim dengan menyamarkan karakter,
 dan  keyboard masih bisa dipakai bahkan lebih nyaman.
Bukan bermaksud ngiklan tapi keyboard MessagEase ini memiliki konsep yang berbeda (sambil menunggu Snapkeys yang katanya lebih revolusioner lagi). Semua pasti hapal posisi huruf qwerty pada tingkat akurasi tertentu sehingga dapat menekan tombol tanpa perlu terlalu lama mencari. Bagi para ahli touchtyping huruf yang tercetak di keyboard menjadi tidak terlalu penting lagi karena mereka dapat mengetik tanpa perlu melihat keyboard. Bagi touchscreen visualisasi huruf masih sangat penting bahkan dibuat popout untuk memastikan tombol yang ditekan benar. Dengan layar yang kecil maka melihatnya akan semakin sulit. MessagEase memungkinkan kita tidak perlu lagi melihat huruf di keyboard, yang perlu kita lihat hanya posisi 9 tombol dan selebihnya mengingat konfigurasi huruf2nya. Begitu konfigurasi telah melekat dalam kepala maka tampilan huruf menjadi tidak perlu lagi. Sayangnya word prediction untuk bahasa Indonesia belum tersedia sehingga harus mengeluarkan effort untuk memasukkan 32rb sekian kosakata bahasa Indonesia dalam database kata MessagEase. MessagEase dapat didownload gratis di http://play.google.com/store/apps/details?id=com.exideas.mekb.
Published with Blogger-droid v2.0.6

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home