Wednesday, July 12, 2017

Handy talky daripada ponsel untuk anak

Anak semakin besar area jelajahnya semakin luas perlu alat komunikasi jarak jauh untuk monitoring. Alat yang terpikirkan pertama kali adalah ponsel, karena harganya sudah relatif terjangkau dan cakupan area juga semakin luas. Hanya saja sekarang pasar ponsel didominasi ponsel cerdas yang menurut saya belum perlu untuk anak di bawah 12 tahun. Ponsel cerdas tidak bisa diberikan kepada anak tanpa pengawasan ketat. Ponsel paling cocok untuk anak2 adalah feature phone istilahnya atau dumb phone. Ponsel yang hanya bisa terima dan membuat panggilan serta sms saja. Tanpa fitur kamera dan penyimpanan terlalu besar yang memungkinkan tersimpannya informasi yang tidak dikehendaki. Tetapi tetap ada pertimbangan lainnya mengenai privasi apabila kehilangan ponsel. Ponsel dapat menyimpan nomer sampai 200-500 dalam phonebooknya paling tidak kalau hilang maka banyak nomer2 keluarga akan bisa diakses oleh orang yang menemukan ponsel tersebut. Kebetulan jarak tempat saya bekerja tidak terlalu jauh dari lokasi sekolah anak sehingga saya mencoba alat komunikasi alternatif yaitu handy talky.
Baofeng BF-C1 handy talky yang mudah pengoperasiannya seperti walkie talkie
Jangkauan HT tidak sejauh ponsel karena sistem komunikasinya langsung antar unit. Harapannya dengan power output max 5watt (nyatanya hanya 2watt) seperti brosur dapat menjangkau radius 500m dalam kampus. Di gunung atau area yang lebih terbuka dapat mencapai lebih dari 1500m, di dalam gedung jarak bisa sangat terkurangi hingga 75%. Beberapa pertimbangan penggunaan HT adalah kesederhanaan pengoperasian. Sebagai ganti no. telpon HT menggunakan frekuensi dan apabila dinyalakan akan selalu terhubung dengan frekuensi tersebut. Untuk melakukan kontak tinggal menyalakan dan menekan tombol Push To Talk (PTT). Saya pikir akan lebih cepat bagi anak untuk menghubungi saya dalam kondisi standby. Bagian2 dari HT yang kebetulan anak saya pakai adalah :
1. Pengatur volume sekaligus saklar on/off
2. tombol PTT untuk memancarkan sinyal radio
3. tombol monitor untuk mendengarkan sinyal tanpa filter berguna untuk mendengarkan sinyal lemah.
4. tombol lampu sebagai penerangan darurat atau kode
5. pemilih kanal, tersedia 16 kanal yang bisa diprogram
Sangat sederhana bila dibandingkan dengan ponsel yang harus dialing nomer sampai diangkat. Sedangkan menggunakan radio kanal dikhususkan untuk memonitor panggilan anak tanpa pengalihan oleh panggilan lain. Menggunakan radio juga tidak dibingungkan oleh banyaknya tombol terutama bagi anak2.
 Satu hal yang menjadi perhatian dari komunikasi radio HT ini adalah sifatnya satu ke banyak jadi siapa saja bisa mendengarkan percakapan di frekuensi tersebut. Setingan HT dapat menggunakan CTCSS / DCS yaitu sinyal frekuensi rendah penanda hanya sinyal tertentu bisa lewat atau tidak. Dengan menggunakan DCS maka hanya sinyal yang dikehendaki yang bisa didengar, orang bisa mendengar tetapi hanya yang setingan DCSnya benar bisa masuk dalam percakapan. Hal ini penting untuk menghindari orang lain ikut dalam pembicaraan. Untuk meningkatkan privasi maka dalam komunikasi perlu menggunakan kode alias dan tidak menggunakan nama asli. Radio yang dipakai anak, saya program ulang sehingga mengurangi interferensi dengan radio lain dengan merk yang sama. Walaupun kalau menggunakan scanner radio masih bisa ditemukan tetapi mengurangi kemungkinan terjadi interferensi.

Penggunaan HT tergolong aktivitas Komunikasi Radio Antar Penduduk (KRAP) dalam penggunaan perlu dihindari adanya interferensi frekuensi. HT yang saya gunakan bekerja di kanal UHF dengan rentang frekuensi 400-470MHz sementara radio penduduk biasanya menggunakan VHF (136-174MHz) sehingga kemungkinan interferensi kecil. Interferensi lokal mungkin bisa berasal dari radio keamanan atau pemakaian kelompok. Beberapa perjanjian perlu dibuat agar komunikasi berjalan lancar:
1. Komunikasi diusahakan singkat mengekspos sedikit informasi pribadi seperti lokasi
2. Nama menggunakan alias, sebenarnya pemakaian radio mengharuskan memiliki callsign dari organisasi radio seperti ORARI atau RAPI tapi masih belum, mungkin kapan2 mau daftar.
3. Input dari pihak luar difilter dengan sistem tone DCS, orang lain mungkin bisa dengar tetapi tidak bisa membalas transmisi
4. Dalam keadaan terpisah maka salah satu atau keduanya harus dalam keadaan on sehingga memungkinkan membuka komunikasi, biasanya saya standby mengantisipasi adanya panggilan
5. Bila tidak ada tanggapan setelah dipanggil maka saya akan bergerak sedangkan anak tetap di tempat
Komunikasi radio banyak dipakai dalam film2 perang, action sehingga lebih mudah diserap dan mengasikkan bagi anak2.