Sunday, July 22, 2012

Mengubah komponen build.prop untuk mengubah resolusi.

Banyak yang dapat diotak-atik dari build.prop di android. Salah satunya adalah mengubah resolusi layar. Berbeda dengan komputer yang resolusi layarnya dinyatakan dalam pixel x pixel, pada android resolusi layar dinyatakan dalam density. Pada komputer semakin besar bilangannya maka layar semakin besar dan komponen tampilan tampak kecil2. Pada android semakin besar nilainya maka artinya dalam nilai pixel yang sama komponen layar menjadi semakin besar2 sehingga layar akan terlihat semakin sempit.

Pada Linux resolusi diatur dalam xorg.conf walaupun sekarang sepertinya tidak terlalu perlu. Pada android resolusinya diatur dalam file build.prop dan dapat diatur secara manual. File build.prop letaknya di dalam /system yang aslinya dalam kondisi terkunci tidak dapat diubah2. Untuk dapat mengubah isi /system maka perangkat android harus diroot dan perangkat dalam keadaan "s-off" yang artinya garansi akan hangus. Folder /system ini terletak di partisi tersendiri dan aslinya dalam keadaan terkunci. Folder /system ini sudah merupakan bagian ROM dari perangkat android. Isi ROM ini tidak hilang ketika dilakukan hard reset. Proses rooting memungkinkan kita mengubah isi ROM dan beresiko membuat android tidak bisa booting.

- Untuk mengubah isi /system maka perlu dilakukan mounting read-write, perintahnya
mount -o remount, rw -t yaffs2 /dev/block/mtdblock8 /system
- Berikutnya mengubah file permission build.prop menjadi rw-rw-rw
- Dengan text editor kita menambahkan baris ro.sf.lcd_density=110 #nilai default saya 120, perangkat lain bisa memiliki nilai yang berbeda, semakin besar angka maka layar akan terkesan semakin sempit. File disave dan permission dikembalikan menjadi rw-------
- Reboot perangkat dan resolusi yang baru akan berlaku dan akan lebih baik bila kita mengkalibrasi ulang layar sentuh.
Published with Blogger-droid v2.0.6

Monday, July 16, 2012

Review keyboard MessagEase

Muncul sekitar tahun 1878, sampai sekarang masih
digunakan.
Menggunakan android mungkin baru beberapa bulan tapi menggunakan keyboard touchscreen sudah hampir setahun. Hampir semua keyboard didasarkan pada jenis qwerty yang usianya sudah lebih dari seratus tahun http://en.wikipedia.org/wiki/QWERTY. Karena sangat terkenalnya keyboard ini saya yakin sudah tidak ada yang mengenal keyboard dvorak http://en.wikipedia.org/wiki/Dvorak_Simplified_Keyboard. Setahu saya pada awalnya, sistem qwerty ini dikembangkan untuk mengurangi keausan dan macet pada bagian dari mesin ketik yang berkaitan dengan huruf2 yang sering digunakan seperti a,e,h,i,n,o,r,s dan t . Huruf a dan e yang sering digunakan diletakkan agak jauh dengan demikian akan diakses oleh jari2 yang tidak terlalu kuat seperti kelingking dan jari manis. Sistem qwerty juga ditujukan untuk cara mengetik yang dinamakan sebagai touchtyping, yaitu mengetik tanpa perlu melihat keyboard. Patokannya adalah tonjolan kecil pada huruf f dan j yang dapat diraba oleh jari tengah sehingga kita bisa tahu di mana jari2 lain harus mendarat tanpa perlu melihat keyboard. Paradigma itu mungkin masih berlaku pada keyboard pc atau laptop yang kita masih menggunakan 2 tangan dan lebih dari 2 jari seperti mesin ketik jaman dahulu. Di era smartphone, qwerty ini masih diwariskan walaupun akhirnya ukurannya diperkecil. Masih ada pilihan mengetik menggunakan 2 tangan walaupun terbatas menggunakan jempol saja. Qwerty pada smartphone menurut saya memanfaatkan kefamiliaran dengan sistem yang ada.

Di era touchscreen, tonjolan penanda itu sudah tidak ada. Kita sudah tidak lagi dapat membedakan tombol yang satu dengan yang lain melalui sentuhan. Semua murni visual, semua huruf harus dilihat sebelum dipencet. Dengan touchscreen pilihan input tidak lagi hanya dengan menekan, tetapi juga swiping, pinching dll. Inovasi yang baru dengan menggabungkan qwerty dan swiping ditambah algoritma prediksi menjadikan texting menjadi revolusioner. Tetapi teknologi tidak berhenti sampai di situ saja, sistem qwerty memiliki tombol yang terlalu banyak untuk dimuat dalam layar yang kecil. Saya berbicara tentang phone dalam genggaman bukan tablet. Tombol yang kecil tentu huruf2nya juga kecil dan seringkali huruf2 ini tertutupi oleh jari kita sendiri. Saya sering bermasalah dalam menekan tombol p dan q yang letaknya paling ujung tepi. Keyboard qwerty lain juga memiliki masalah yang sama.

Contoh ekstrim dengan menyamarkan karakter,
 dan  keyboard masih bisa dipakai bahkan lebih nyaman.
Bukan bermaksud ngiklan tapi keyboard MessagEase ini memiliki konsep yang berbeda (sambil menunggu Snapkeys yang katanya lebih revolusioner lagi). Semua pasti hapal posisi huruf qwerty pada tingkat akurasi tertentu sehingga dapat menekan tombol tanpa perlu terlalu lama mencari. Bagi para ahli touchtyping huruf yang tercetak di keyboard menjadi tidak terlalu penting lagi karena mereka dapat mengetik tanpa perlu melihat keyboard. Bagi touchscreen visualisasi huruf masih sangat penting bahkan dibuat popout untuk memastikan tombol yang ditekan benar. Dengan layar yang kecil maka melihatnya akan semakin sulit. MessagEase memungkinkan kita tidak perlu lagi melihat huruf di keyboard, yang perlu kita lihat hanya posisi 9 tombol dan selebihnya mengingat konfigurasi huruf2nya. Begitu konfigurasi telah melekat dalam kepala maka tampilan huruf menjadi tidak perlu lagi. Sayangnya word prediction untuk bahasa Indonesia belum tersedia sehingga harus mengeluarkan effort untuk memasukkan 32rb sekian kosakata bahasa Indonesia dalam database kata MessagEase. MessagEase dapat didownload gratis di http://play.google.com/store/apps/details?id=com.exideas.mekb.
Published with Blogger-droid v2.0.6

Monday, July 2, 2012

Verifikasi 2 langkah pada Ubuntu, Hasil Perpaduan Smartphone dan Linux PC

Setelah melakukan penelurusan, ternyata Google Authenticator bisa digunakan di banyak sistem. Google Authenticator adalah aplikasi untuk smartphone yang membuat kode 6 digit setiap 30 detik berdasarkan kunci spesifik suatu akun. Jadi selain password maka dengan dua langkah verifikasi pengguna akan diminta memasukkan kode verifikasi dari smartphone. Dengan sistem semacam ini maka harapannya pembajakan akun akan sangat berkurang karena orang lain (kadang kita sendiri) akan kesulitan masuk ke dalam akun Google dari komputer yang tidak dipercaya (yang kita belum pernah pakai). Google Authenticator ini dapat digunakan untuk mengamankan login akun Linux dan kali ini menggunakan Ubuntu. Langkah2nya tidak terlalu rumit, pertama kita install dulu modul PAM(Plugable Authentication Modul)nya:
sudo apt-get install libpam-google-authenticator

kemudian kiat buat kuncinya dengan perintah:
google-authenticator
dan kita akan disuguhi:
- QR Code yang dapat digunakan untuk memasukkan kunci ke dalam aplikasi Google Authenticator ke smartphone kita melalui kamera.
- Secret Key untuk memasukkan kunci secara manual
- Verification code untuk memastikan smartphone yang kita gunakan memang sedang dalam penguasaan kita.
- Scratch emergency code untuk jaga2 apabila kita terkunci dan sedang tidak membawa smartphone.

Selanjutknya kita diminta persetujuan untuk mengupdate kunci di komputer. Kemudian persetujuan bahwa token (kode yang dibuat oleh Google Authenticator) hanya bisa digunakan sekali dalam 30detik. Dengan demikian setelah token digunakan akan kadaluarsa walaupun masih dalam kisaran 30 detik.

Kita juga akan diberi pilihan untuk memperlebar waktu toleransi, sehingga meskipun antara jam di komputer dan di smartphone berbeda lebih dari 30 detik token masih bisa digunakan. Hal ini sepertinya hanya perlu apabila antara smartphone dan komputer tidak tersinkronkan dengan baik melalui internet.

Aplikasi Google Authenticator harus sudah terpasang dan sudah menyimpan kunci akun komputer kita(proses di atas) karena proses berikutnya akan mengaktifkan sistem otentifikasi. Apabila setting Google Authenticator belum benar maka akun kita akan terkunci sebelum kita memiliki kuncinya.

Berikutnya adalah membuat opsi PAM untuk mengaktifkan atau menonaktifkan module google-authenticator

sudo bash -c 'cat >/usr/share/pam-configs/google-all <
Name: Google Authenticator (all)
Default: yes
Priority: 900
Auth-Type: Primary
Auth:
required pam_google_authenticator.so
EOF'
dan

sudo bash -c 'cat >/usr/share/pam-configs/google-enough <
Name: Google Authenticator (enough)
Default: yes
Priority: 900
Auth-Type: Primary
Auth:
sufficient pam_google_authenticator.so
EOF'


pilihan ini akan muncul ketika menggunakan
sudo pam-auth-update
pilih Google Authenticator (all) untuk menggunakan bersama password atau (enough) untuk salah satu cara otentifikasi saja.


Sebenarnya yang lebih penting adalah sistem ini dapat juga untuk mengamankan koneksi SSH sehingga untuk koneksi terminal secara remote akan ditanya kode verifikasi.
Kita perlu melakukan edit /etc/ssh/sshd_config dan menambahkan atau mengubah 
ChallengeResponseAuthentication yes


dan melakukan restart service ssh
sudo service ssh restart


dan berharap cara di atas dapat lebih meningkatkan keamanan komputer, terutama informasi yang ada di dalamnya. Sekarang tinggal apakah smartphone anda sudah aman?